WHITE & GRAY STORIES

Senin, 07 Agustus 2017

Kisah Tentang Siapakah Sebenarnya Abu Nawas Itu?

Konon pada zaman Khalifah Harun Al Rasyid –salah satu khalifah Daulah Bani Abbasiyyah– hiduplah seorang pujangga yang bernama Abu Nuwas (Abu Nawas). Khalifah mempunya hubungan dekat dengan Abu Nuwas ini, sedangkan Abu Nuwas adalah seorang yang suka meminum minuman keras, bermain dengan wanita, mendengarkan musik, berjoget, dan berdansa, serta perbuatan lain semisalnya, sehingga khalifah pun banyak melakukan itu semua karena kedekatannya dengan Abu Nuwas.

Kemasyhuran Kisah Ini


Kisah ini sangat masyhur di negeri nusantara dan mungkin juga di berbagai belahan bumi Islam lainnya. Banyak komik yang ditulis, lalu dikonsumsi oleh semua kalangan yang menggambarkan bagaimana bejatnya perbuatan khalifah ini beserta teman karibnya Abu Nuwas. Sehingga kalau disebut di kalangan orang banyak tentang Harun Al Rasyid, maka yang terbetik dalam bayangan mereka adalah gambaran raja tanpa wibawa yang suka main musik dan wanita diiringi dengan minum khamr (minuman keras). Jarang sekali di antara kaum muslimin mengetahui siapa sebenarnya Khalifah Harun Al Rasyid kecuali dari cerita yang beredar ini.

Akar Cerita


Asal-usul utama cerita ini bersumber dari sebuah buku dongengg Alfu Lailatin wa Lailah (cerita seribu satu malam). Buku ini dari lembar pertama sampai terakhir hanyalah berisi dongengg. Dan yang namanya “dongengg” berarti ia tidak punya asal-usul sanad yang terpercaya. Isinya pun hanyalah khayalan belaka; misalnya, cerita tentang Ali Baba dengan perampok, ksiah Aladin dengan lampu ajaibnya, begitu pula cerita tentang Abu Nuwas dengan Harus Al Rasyid.

Buku ini asal-usulnya adalah dongeng yang berasal dari bangsa India dan Persia. Lalu dialihbahasakan ke dalam bahasa Arab pada sekitar abad ketiga Hijriah. Kemudian ada yang menambahi beberapa ceritanya sehingga sampai masa Daulah Mamalik.



Buku ini sama sekali bukan buku sejarah, dan sama sekali tidak bisa menjadi landasan untuk mengetahui keadaan umat tertentu.

Oleh karena itu, para ulama sepakat untuk men-tahdzir (memperingatkan) atas buku ini dan melarang umat untuk membaca dan menjadikannya sebagai landasan sejarah. Di antara mereka adalah Al-Ustadz Anwar Al Jundi yang berkata, “Buku Alfu Lailatin wa Lailah adalah sebuah buku yang campur baur tanpa penulis. Buku ini disusun dalam rentang waktu yang bermacam-macam. Kebanyakan isinya menggambarkan tentang keadaan sosial masyarakat sebelum kedatangan Islam di negeri persia, India, dan berbagai negeri paganis lainnya.” Ibnu Nadim dalam Al-Fahrosat berkata tentang buku ini, “Itu adalah buku yang penuh dengan kedunguan dan kejelekan.”

Dan masih banyak lainnya. Silakan melihat apa yang dipaparkan oleh Syaikh Masyhur Hasan Salman dalam Kutubun Hadzdzara minha Ulama, 2:57.

Syaikh Shalih Al Fauzan pernah ditanya, “Sebagian buku sejarah terutama buku Alfu Lailatin wa Lailah menyebutkan bahwa Khalifah Harun Al Rasyid adalah seorang yang hanya dikenal sebagai orang yang suka bermain-main, minum khamr dan lainnya. Apakah ini benar?”

Beliau menjawab: “Ini adalah kedustaan dan tuduhan yang dihembuskan ke dalam sejarah Islam. Buku Alfu Lailatin wa Lailah adalah sebuah buku yang tidak boleh dijadikan sandaran. Tidak selayaknya seorang muslim menyia-nyiakan waktunya untuk menelaah buku tersebut. Harun Al Rasyid dikenal sebagai orang yang Shalih dan istiqomah dalam agamanya, serta sungguh-sungguh dan bagus dalam mengatur masyarakatnya. Beliau satu tahun menunaikan haji dan tahun berikutnya berjihad. Ini adalah sebuah kedustaan yang terdapat ke dalam buku ini. Tidak layak bagi seorang muslim untuk membaca buku kecuali yang ada faidahnya, seperti buku sejarah yang terpercaya, buku tafsir, hadis, fiqih, dan aqidah yang dengannya seorang muslim akan bisa mengetahui urusan agamanya. Adapun buku yang tidak berharga, tidak selayaknya seorang muslim terutama penuntut ilmu menyia-nyiakan waktunya dengan membaca buku seperti itu.” (Nur Ala Darb, Fatawa Syaikh Shalih Fauzan Hal. 29)

Hakikat Cerita Ini


Dari keterangan di atas, tiada lagi keraguan bahwa kisah tentang Khalifah Harun Al Rasyid seperti yang digambarkan tadi adalah sebuah kedustaan. Banyak sekali para ulama yang menyatakan bahwa itu adalah sebuah kedustaan, di antara mereka ialah:

– Syaikh Shalih Fauzan, sebagaimana nukilan dari beliau di atas.

– Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin, beliau berkata: “Ini merupakan kedustaan yang jelas dan kezaliman yang nyata…” (Fatawa Islamiyyah, 4:187)

– Syaikah Salim bin Id Al-Hilali berkata, “Kita harus membersihkan sejarah Islam dari hal-hal yang digoreskan oleh para pemalsu dan pendusta beserta cucu-cucu mereka bahwa sejarah Islam merupakan panggung anak kecil, musik, dan nyanyian. (Mereka gambarkan) para khalifah kaum muslimin sebagaimana yang dilakukan oleh para perusak tersebut dalam menodai sejarah Khalifah Harun Al Rasyid dan yang lain.” (Al-Jama’at Islamiyyah, Hal. 430)

Atas dasar ini, maka alangkah baiknya kalau kita sedikit mengetahui perjalanan hidup kedua orang ini, agar kita bisa mengetahui siapa sebenarnya Abu Nuwas juga siapa dan bagaimana sebenarnya Khalifah Harun Al Rasyid.
Siapakah Abu Nuwas (Abu Nawas)?

Dia adalah Abu Ali Hasan bin Hani’ al-Hakami, seorang penyair yang sangat masyhur pada zaman Bani Abbasiyyah.

Kepiawaiannya dalam menggubah qoshidah syair membuat dia sangat terkenal di berbagai kalangan, sehingga dia dianggap sebagai pemimpin para penyair di zamannya.

Namun amat disayangkan, perjalanan hidupnya banyak diwarnai dengan kemaksiatan, dan itu banyak juga mewarnai syair-syairnya. Sehingga saking banyaknya dia berbicara tentang masalah khamr, sampai-sampai kumpulan syairnya ada yang disebut khamriyyat.

Abu Amr Asy-Syaibani berkata, “Seandainya Abu Nuwas tidak mengotori syairnya dengan kotoran-kotoran ini, niscaya syairnya akan kami jadikan hujjah dalam buku-buku kami.”

Bahkan sebagian orang ada yang menyebutnya sebagai orang yang zindiq meskipun pendapat ini tidak disetujui oleh sebagian ulama. Di antara yang tidak menyetujui sebutan zindiq ini untuk Abu Nuwas adalah Imam Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wa An-Nihayah (14:73), ketika menyimpulkan tentang kehidupan Abu Nuwas beliau berkata, “Kesimpulannya, para ulama banyak sekali menceritakan peristiwa kehidupannya, juga tentang syair-syairnya yang mungkar, penyelewengannya, kisahnya yang berhubungan dengan masalah khamr, kekejian, suka dengan anak-anak kecil yang ganteng serta kaum wanita sangat banyak dan keji, bahkan sebagian orang menuduhnya sebagai pezina. Di antara mereka juga ada yang menuduhnya sebagai seorang yang zindiq. Di antara mereka ada yang berkata: ‘Dia merusak dirinya sendiri.’ Hanya saja, yang tepat bahwa dia hanyalah melakukan berbagai tuduhan yang pertama saja, adapun tuduhan sebgian orang yang zindiq, maka itu sangat jauh dari kenyataan hidupnya, meskipun dia memang banyak melakukan kemaksiatan dan kekejian.”

Akan tetapi, walau bagaimanapun juga disebutkan dalam buku-buku sejarah bahwa dia bertaubat di akhir hayatnya; semoga memang demikian dan menunjukkan taubatnya adalah sebuah syair yang ditulisnya menjelang wafat:

Ya Allah, jika dosaku teramat sangat banyak
namun saya tahu bahwa pintu maaf-Mu lebih besar

Saya berdoa kepada-Mu dengan penuh tadharru’ sebagaimama Engkau perintahkan
Lalu jika Engkau menolak tangan permohonanku, lalu siapa yang akan merahmati-ku

Jika yang memohon kepada-Mu hanya orang yang baik-baik saja
Lalu kepada siapakah orang yang jahat akan memohon

Saya tidak mempunyai wasilah kepada-Mu kecuali hanya sebuah pengharapan
Juga bagusnya pintu maaf-Mu kemudian saya pun seorang yang muslim

Semoga Allah menerima taubatnya dan memaafkan kesalahannya, karena bagaimanapun juga dia mengakhiri hidupnya dengan taubat kepada Allah. Dan semoga kisah yang diceritakan oleh Ibnu Khalikan dalam Wafyatul-A’yan 2:102 benar adanya dan menjadi kenyataan. Beliau menceritakan dari Muhammad bin Nafi berkata, “Abu Nuwas adalah temanku, namun terjadi sesuatu yang menyebabkan antara aku dengan dia tidak saling berhubungan sampai aku mendengar berita kematiannya. Pada suatu malam aku bermimpi bertemu dengannya, kukatakan, ‘Wahai Abu Nuwas, apa balasan Allah terhadapmu?’ Dia menjawab, ‘Allah mengampuni dosaku karena beberapa bait syair yang kututlis saat aku sakit sebelum wafat, syair itu berada di bawah bantalku.’ Maka saya pun mendatangi keluarganya dan menanyakan bantal tidurnya dan akhirnya kutemukan secarik kertas yang bertuliskan: … (lalu beliau menyebutkan bait syair di atas).”

Setelah mengetahui sekelumit tentang Abu Nuwas, marilah kita beranjak utuk membahas siapakah sebenarnya Khalifah Harun Al Rasyid.

Beliau adalah Amirul-Mukminin Harun Al Rasyid bin Mahdi al-Qurasyi al-Hasyimi. Beliau adalah salah satu Khalifah Bani Abbasiyyah, bahkan pada masa beliaulah Bani Abbasiyyah mencapai zaman keemasannya.

Beliau dikenal sebagai raja yang dekat dengan ulama, menghormati ilmu, dan banyak beribadah serta berjihad. Disebutkan dalam berbagai buku sejarah yang terpercaya bahwa beliau selalu berhaji pada suatu tahun dan tahun berikutnya berjihad, begitulah seterusnya.

Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata, “Perjalanan hidup beliau sangat bagus. (Beliau) seorang raja yang paling banyak berjihad dan menunaikan ibadah haji. Setiap hari beliau bershodaqoh dengan hartanya sendiri sebanyak seribu dirham. Kalau pergi haji beliau juga menghajikan seratus ulama dan anak-anak mereka, dan apabila beliau tidak pergi haji, maka beliau menghajikan tiga ratus orang. Beliau suka sekali bershodaqoh. Beliau mencintai para ulama dan pujangga. Cincin beliau bertuliskan kalimat La ilaha ilallah, beliau mengerjakan shalat setiap harinya seratus rakaat sampai meninggal dunia. Hal ini tidak pernah beliau tinggalkan kecuali kalau sedang sekit.” (Al-Bidayah wa Al-Nihayah, 14:28)

Imam Adz-Dzahabi berkata, “Ammar bin Laits al-Wasithi berkata, ‘Saya mendengar Fudhail bin Iyadh berkata, ‘Tidak ada kematian seorang pun yang lebih memukul diriku melebihi kematian Amirul-Mukminin Harun Al Rasyid. Sungguh saya ingin seandainya Allah menambah umurnya dengan sisa umurku.’ Ammar berkata, ‘Perkataan beliau ini terasa berat bagi kami, namun tatkala Harun telah meninggal dunia, muncullah fitnah, khalifah setelahnya yaitu Al-Makmun memaksa orang-orang untuk meyakini bahwa Alquran makhluk. Saat itu kami mengatakan, ‘Syaikh (Fudhail) lebih mengetahui tentang apa yang beliau katakan’.”

Beliau sangat keras terhadap orang yang menyimpang dari sunah dan berusaha menentangnya. Pada suatu ketika Abu Mu’awiyah menceritakan kepada beliau sebuah hadis dari Abu Hurairah bahwa Nabi Adam dan Musa berdebat, maka paman Khalifah Harun Al Rasyid berkata, “Wahai Abu Mu’awiyyah, kapan keduanya bertemu?” Maka Khalifah sangat marah seraya berkata, “Apakah engkau menentang hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Ambilkan sebilah pedang dan tempat pemotongan kepala.” Maka segeralah yang beliau minta itu didatangkan. Orang-orang yang hadir saat itu pun memintakan maaf untuk paman beliau tersebut. Berkatalah Harun Al Rasyid, “Ini adalah perbuatan zindiq.” Akhirnya beliau memerintahkan untuk memenjarakannya. Sebagian orang juga pernah bercerita, “Saya masuk menemui Harun Al Rasyid dan saat itu ada seseorang yang barusan dipenggal kepalanya dan algojo sedang membersihkan pedangnya. Maka Haru Al Rasyid berkata, ‘Saya membunuhnya karena dia berkata bahwa Alquran itu makhluk’.”

Beliau sangat mencintai nasihat yang mengingatkan diri pada hari akhirat. Al-Ashma’i berkata, “Pada satu hari Harun Al Rasyid memanggilku. Saat itu dia menghiasi istana, membuat hidangan yang banyak dan lezat, lalu dia memanggil Abu Al-Atahiyyah, lalu Harun berkata kepadanya, “Sifatilah kenikmatan dan kesenangan hidup kami.” Maka Abu Al Athiyah menyenandungkan sebuah syair:

Hiduplah semaumu
Di bawah naungan istana nan megahmu
Engkau berusaha mendapatkan apa yang engkau senangi
Baik pada waktu sore maupun pagi
Namun, apabila jiwa tersengal-sengal
Karena sempitnya pernapasan dalam dada
Saat itu berulah engkau tau
Bahwa selama ini engkau sedang tertipu

Harun Al Rasyid pun langsung menangis sejadi-jadinya, sehingga Fadhi bin Yahya berkata, “Amirul-Mukminin memanggilmu agar engkau bisa membuatnya senang, tetapi engkau malah membuatnya susah.” Maka Harun Al Rasyid berkata, “Biarkan dia, dia melihat kita sedang kebutaan dan dia tidak ingin kita semakin buta.”

Suatu saat lainnya, Harun Al Rasyid memanggil Abu Al Atahiyyah lalu berkata, “Nasihatilah saya dengan sebuah bait syair.” Maka Abu Al Athiyah berkata,

Jangan engkau merasa aman dari kematian sekejap mata pun
Meski engkau mempunyai para penjaga dan para pasukan
Ketahuilah bahwa panah kematian pasti tepat sasaran
Meski bagi yang membentengi diri darinya
Engkau ingin selamat namun tidak mau mengikuti jalannya
Bukankan sebuah bahtera tidak akan mungkin berlayar di jalan raya
Begitu mendengarnya, Harun Al Rasyid pun langsung jatuh pingsan.

Inilah sekilas tentang kehidupan Khalifah Harun Al Rasyid meskipun kita mengakui bahwa sebagai manusia biasa beliau pun banyak memiliki cacat dan kemaksiatan. Namun keutamaan dan kebaikan beliau jauh melebihi cacat yang beliau kerjakan. Sampai-sampai Syaikh Abu Syauqi Khalil menulis buku berjudul Harun Al Rasyid Amirul-Khulafa wa Ajallu Mulukid-Dunya (Harun Al Rasyid Pemimpin Para Khalifah dan Raja Dunia Teragung) yang mana buku ini banyak dipuji oleh Syaikh Masyhur Salman dalam beberapa tempat di dalam buku Kutubun Hadzdzara minha Ulama.

(Lihat tentang kehidupan Harun Al Rasyid dengan agak terperinci pada Al-Bidayah wa Al-Nihayah, 14:27-48, Siyar A’lamin Nubala, 8:163-188)

Wallahu a’lam.

Sang Legenda, Muhammad Ali | Cerita kisah cinta penggugah jiwa

Muhammad Ali yang nama lahirnya adalah Cassius Marcellus Clay, Jr, lahir 17 Januari 1942 di Louisville, Kentucky, Amerika Serikat. Ia lahir dari keluarga kulit hitam yang miskin. Di saat isu rasial begitu menyeruak.

Saat ia sedang bermain di tempat olahraga di Kentucky, seseorang mencuri sepedanya. Ia benar-benar jengkel dengan pencuri itu dan mengancam akan menghajarnya hingga remuk. “Akan kuhajar hingga hancur dan kupukuli hingga terluka parah, kalau ia ditemukan,” kata anak kurus tinggi itu di hadapan polisi. Polisi tidak menanggapi serius amarah si anak. Mereka malah mengatakan, kalau mau menghajar orang sampai babak belur, ya belajar tinju dulu. Kejadian inilah yang mengubah kehidupannya. Ali mulai latihan tinju pada tahun 1954, saat itu ia baru berusia 12 tahun.

Menjadi Petinju Profesional


Muhammad Ali memulai debut profesionalnya di dunia tinju pada tahun 1960. Setelah memenangkan mendali emas di Olimpiade Roma. Saat itu ia tengah menginjak usia 18 tahun. Pada tahun 1964, dunia dikejutkan dengan kemenangan Ali atas Sonny Litson. Ali, pemuda 22 tahun yang tidak dikenal dan sama sekali tak diunggulkan, bahkan diprediksi akan mati di atas ring karena mulut besarnya yang mengejek Litson, berhasil mengalahkan petinju yang menakutkan.

Kemenangan Ali atas Sonny Litson menjadikannya seorang bintang. Dan karirnya terus melesat. Ia menjadi idola dan pahlawan bagi pemuda kulit hitam Amerika.




Di puncak karirnya tahun 1966, Ali menolak bergabung di pasukan Amerika dalam Perang Vietnam. Konsekuensinya izin bertandingnya di cabut di semua negara bagia Amerika dan paspornya dicabut. Selama 4 tahun (1967-1970), dari umur 25 tahun hingga 29 tahun, Muhammad Ali tidak melakukan satu pun pertandingan tinju professional.

Pada tahun 1970, Ali kembali mendapatkan izin bertanding. Pertandingan perdananya setelah ‘pengasingan’ adalah menghadapi Oscar Bonavena. Ali berhasil meng-KO Oscar dalam pertandingan itu. Kemenangan ini membawanya pada pintu kejayaan kembali dengan menantang juara dunia Joe Frazier. Pertandingan dua juara dunia yang kala itu digadang sebagai Fight of the Century. Dalam pertandingan ini Ali dipaksa menerima kekalahan professional pertamanya. Pada pertemuan berikutnya Ali berhasil mengalahkan Frazier.

Pada tahun 1974, Muhammad Ali kembali menyabet gelar juara dunia setelah berhasil mengalahkan George Foreman.

Karir tinju profesionalnya mencatatkan rekor 57 kali menang, 37 di antaranya menang dengan KO.



Memeluk Islam


Muhammad Ali mengumumkan keislamannya pada tahun 1975. Lalu ia mengganti nama baptisnya Cassius Marcellus Clay, Jr. menjadi Muhammad Ali Clay. Ketika ditanya apa yang membuatnya mengganti keyakinan menjadi seorang muslim. Ali menjawab dengan jawaban yang luar biasa, “Aku belum pernah melihat begitu banyak cinta. Saling pelukan dan cium antar mereka. Shalat 5 waktu dalam sehari. Wanita memakai pakaian yang panjang. Cara mereka makan. Engkau bisa pergi ke negara manapun dengan menyapa ‘assalamu’alaikum – wa’alikumussalam. Kau punya rumah. kau punya saudara. Aku memilih Islam karena itu bisa menghubungkanku (persaudaraan kepada siapa saja). Sebagai seorang Kristen di Amerika, aku tidak bisa pergi ke gereja orang kulit putih…”

Ia melanjutkan, “(Dalam Islam) Aku merasakan kebaikan. Aku merasakan kebebesan. Islam membuatku terhubung dengan Saudi Arabia. Persaudaraan Islam menghubungkanku dengan Pakistan, Maroko, Syiria. Aku bisa tinggal di istana-istana (pemimpin muslim dunia) karena aku seorang muslim. Menjadi penganut Kristen aku tidak pernah duduk (setara) dengan pemimpin-pemimpin. Sebagai seorang muslim, aku duduk bersama (Anwar) Sadad, (Gamal Abdul) Naser, Marcos Presiden Filipina. Raja-raja (Arab), Sultan Abu Dhabi, dan masyarakat menyambutku layaknya seorang saudara… Oleh karena itu, aku memilih agama Islam.”

Pelajaran bagi kita kaum muslimin, jangan lupakan ucapan salam sesama umat Islam. Karena salam menunjukkan rasa cinta dan kasih sayang. Sebagaimana sabda Nabi ﷺ,

لَا تَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوْا ، وَلَا تُؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّوْا ، أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ ؟ أَفْشُوْا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ

“Tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian kerjakan maka kalian akan saling mencintai ? Sebarkanlah salam di antara kalian.”

Sabda Nabi ﷺ dirasakan sendiri oleh Muhammad Ali ketika ia masih beragama Kristen. Ia melihat begitu banyak cinta dan persaudaraan pada umat Islam dengan ucapan salam.

Peranan Sebagai Seorang Muslim


Pada tahun 2005 ia mendirikan Muhammad Ali Center di kampung halamannya Louisville. Tempat ini berfungsi sebaga pusat dakwah. Mungkin untuk memancing daya tarik orang-orang berkunjung kemudian mempelajari Islam, Muhammad Ali menaruh sebagian benda-benda koleksinya di sini. Tempat ini juga beroperasi sebagai organisasi non-profit untuk menyebarkan ide-ide perdamaian, kesejahteraan sosial, membantu orang yang membutuhkan, dan nilai-nilai luhur yang Muhammad Ali yakini.

Upacara pembukaan tempat ini dihadiri oleh sejumlah besar penggemar Muhammad Ali yang datang dari berbagai belahan dunia, termasuk mantan Presiden AS Bill Clinton.

Muhammad Ali mengatakan, “Saya ingin tempat ini mendorong seseorang untuk memberikan yang terbaik dalam bidang pilihan mereka.”

Sejak aktif di dunia sosial, Muhammad Ali telah mengunjungi banyak negara untuk membantu program kesehatan anak dan orang-orang miskin. Di antara negara yang telah ia kunjungi adalah Maroko, Pantai Gading, Indonesia, Meksiko, dll.

Ia juga memperhatikan masyarakat bawah di Amerika Seirka, terutama kalangan Afrika Amerika yang sering mengalami diskriminasi.

Ucapan-Ucapan Ali


“Mengapa mereka harus memintaku untuk mengenakan seragam dan pergi sepuluh ribu mil dari rumah untuk menjatuhkan bom dan peluru pada orang-orang coklat di Vietnam sementara yang disebut orang negro di Louisville diperlakukan seperti anjing dan menolak hak asasi manusia sederhana?” Ali, Februari, 17, 1966.

“Orang-orang mengatakan aku berbicara begitu lambat sekarang. Tidak mengherankan. Aku menghitung sudah melakukan 29.000 pukulan. Tapi aku mendapatkan $ 57.000.000 dan disimpan setengah dari itu. Jadi aku melakukan beberapa pukulan keras. Apakah Anda tahu berapa banyak laki-laki hitam dibunuh setiap tahun oleh senjata dan pisau tanpa sepeser pun untuk nama-nama mereka? aku mungkin bicara lambat, tapi pikiranku baik-baik saja.” – Ali, 20 Januari, tahun 1984.

Ketika terjadi penyerangan di Paris yang diklaim dilakukan kelompok ISIS, Muhammad Ali angkat bicara,

“Aku seorang Muslim. Tidak ada ajaran Islam tentang membunuh orang yang tidak bersalah di Paris, San Bernardino, atau di mana pun di dunia ini. Muslim sejati tahu bahwa kekerasan dan kekejaman yang disebut Jihadis Islam sangat bertentangan dengan ajaran agama kita.” – Ali, 2015.

Aku tidak merokok, tapi aku selalu membawa korek api di kantong celana. Setiap kali hatiku tergerak untuk berbuat dosa, maka kubakar satu batang korek api. Kurasakan panasnya di telapa tangan. Kukatakan dalam hati, “Ali, menahan panasnya korek api ini saja kau tak sanggup. Bagaiamana dengan dahsyatnya panas api neraka?”

Wafat


Muhammad Ali meninggal pada hari Sabtu, 4 Juni 2016, di usia 74 tahun. Mantan juara dunia kelas berat ini meninggal di sebuah RS di Kota Phoenix negara bagian Arizona, setelah dirawat sejak Kamis.

Ali menderita gangguan pernapasan, karena komplikasi yang disebabkan oleh penyakit Parkinson yang dideritanya.

Pihak keluarga menyatakan, pemakaman akan dilakukan di kampung halaman Ali di Louisville, Kentucky.

Kamis, 27 April 2017

Kisah Shalahuddin al-Ayyubi

Kisah seorang laki-laki mulia dan memiliki peranan yang besar dalam sejarah Islam, seorang panglima Islam, serta kebanggaan suku Kurdi, ia adalah Shalahuddin Yusuf bin Najmuddin Ayyub bin Syadi atau yang lebih dikenal dengan Shalahuddin al-Ayyubi atau juga Saladin. Ia adalah seorang laki-laki yang mungkin sebanding dengan seribu laki-laki lainnya.

Asal dan Masa Pertumbuhannya

Shalahuddin al-Ayyubi adalah laki-laki dari kalangan ‘ajam (non-Arab), tidak seperti yang disangkakan oleh sebagian orang bahwa Shalahuddin adalah orang Arab, ia berasal dari suku Kurdi. Ia lahir pada tahun 1138 M di Kota Tikrit, Irak, kota yang terletak antara Baghdad dan Mosul. Ia melengkapi orang-orang besar dalam sejarah Islam yang bukan berasal dari bangsa Arab, seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Tirmidzi, dan lain-lain.

Karena suatu alasan, kelahiran Shalahuddin memaksa ayahnya untuk meninggalkan Tikrit sehingga sang ayah merasa kelahiran anaknya ini menyusahkan dan merugikannya. Namun kala itu ada orang yang menasihatinya, “Engkau tidak pernah tahu, bisa jadi anakmu ini akan menjadi seorang raja yang reputasinya sangat cemerlang.”

Dari Tikrit, keluarga Kurdi ini berpindah menuju Mosul. Sang ayah, Najmuddin Ayyub tinggal bersama seorang pemimpin besar lainnya yakni Imaduddin az-Zanki. Imaduddin az-Zanki memuliakan keluarga ini, dan Shalahuddin pun tumbuh di lingkungan yang penuh keberkahan dan kerabat yang terhormat. Di lingkungan barunya dia belajar menunggang kuda, menggunakan senjata, dan tumbuh dalam lingkungan yang sangat mencintai jihad. Di tempat ini juga Shalahuddin kecil mulai mempelajari Alquran, menghafal hadis-hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mempelajari bahasa dan sastra Arab, dan ilmu-ilmu lainnya.

Diangkat Menjadi Mentri di Mesir

Sebelum kedatangan Shalahuddin al-Ayyubi, Mesir merupakan wilayah kekuasaan kerajaan Syiah, Daulah Fathimiyah. Kemudian pada masa berikutnya Dinasti Fathimiyah yang berjalan stabil mulai digoncang pergolakan di dalam negerinya. Orang-orang Turki, Sudan, dan Maroko menginginkan adanya revolusi. Saat itu Nuruddin Mahmud, paman Shalahuddin, melihat sebuah peluang untuk menaklukkan kerajaan Syiah ini, ia berpandangan penaklukkan Daulah Fathimiyyah adalah jalan lapang untuk membebaskan Jerusalem dari kekuasaan Pasukan Salib.



Nuruddin benar-benar merealisasikan cita-citanya, ia mengirim pasukan dari Damaskus yang dipimpin oleh Asaduddin Syirkuh untuk membantu keponakannya, Shalahuddin al-Ayyubi, di Mesir. Mengetahui kedatangan pasukan besar ini, sebagian Pasukan Salib yang berada di Mesir pun lari kocar-kacir sehingga yang dihadapi oleh Asaduddin dan Shalahuddin hanyalah orang-orang Fathimyah saja. Daulah Fathimiyah berhasil dihancurkan dan Shalahuddin diangkat menjadi mentri di wilayah Mesir. Namun tidak lama menjabat sebagai menteri di Mesir, dua bulan kemudian Shalahuddin diangkat sebagai wakil dari Khalifah Dinasti Ayyubiyah.

Selama dua bulan memerintah Mesir, Shalahuddin membuat kebijakan-kebijakan progresif yang visioner. Ia membangun dua sekolah besar berdasarkan madzhab Ahlussunnah wal Jamaah. Hal ini ia tujukan untuk memberantas pemikiran Syiah yang bercokol sekian lama di tanah Mesir. Hasilnya bisa kita rasakan hingga saat ini, Mesir menjadi salah satu negeri pilar dakwah Ahlussunnah wal Jamaah atau Sunni. Kebijakan lainnya yang ia lakukan adalah mengganti penyebutan nama-nama khalifah Fathimiyah dengan nama-nama khalifah Abbasiyah dalam khutbah Jumat.

Menaklukkan Jerusalem

Persiapan Shalahuddin untuk menggempur Pasukan Salib di Jerusalem benar-benar matang. Ia menggabungkan persiapan keimanan (non-materi) dan persiapan materi yang luar biasa. Persiapan keimanan ia bangun dengan membersihkan akidah Syiah bathiniyah dari dada-dada kaum muslimin dengan membangun madrasah dan menyemarakkakn dakwah, persatuan dan kesatuan umat ditanamkan dan dibangkitkan kesadaran mereka menghadapi Pasukan Salib. Dengan kampanyenya ini ia berhasil menyatukan penduduk Syam, Irak, Yaman, Hijaz, dan Maroko di bawah satu komando. Dari persiapan non-materi ini terbentuklah sebuah pasukan dengan cita-cita yang sama dan memiliki landasan keimanan yang kokoh.

Dari segi fisik Shalahuddin mengadakan pembangunan makas militer, benteng-benteng perbatasan, menambah jumlah pasukan, memperbaiki kapal-kapal perang, membangun rumah sakit, dll.



Pada tahun 580 H, Shalahuddin menderita penyakit yang cukup berat, namun dari situ tekadnya untuk membebaskan Jerusalem semakin membara. Ia bertekad apabila sembuh dari sakitnya, ia akan menaklukkan Pasukan Salib di Jerusalem, membersihkan tanah para nabi tersebut dari kesyirikan trinitas.

Dengan karunia Allah, Shalahuddin pun sembuh dari sakitnya. Ia mulai mewujudkan janjinya untuk membebaskan Jerusalem. Pembebasan Jerusalem bukanlah hal yang mudah, Shalahuddin dan pasukannya harus menghadapi Pasukan Salib di Hathin terlebih dahulu, perang ini dinamakan Perang Hathin, perang besar sebagai pembuka untuk menaklukkan Jerusalem. Dalam perang tersebut kaum muslimin berkekuatan 63.000 pasukan yang terdiri dari para ulama dan orang-orang shaleh, mereka berhasil membunuh 30000 Pasukan Salib dan menawan 30000 lainnya.

Setelah menguras energy di Hathin, akhirnya kaum muslimin tiba di al-Quds, Jerusalem, dengan jumlah pasukan yang besar tentara-tentara Allah ini mengepung kota suci itu. Perang pun berkecamuk, Pasukan Salib sekuat tenaga mempertahankan diri, beberapa pemimpin muslim pun menemui syahid mereka –insya Allah- dalam peperangan ini. Melihat keadaan ini, kaum muslimin semakin bertambah semangat untuk segera menaklukkan Pasukan Salib.

Untuk memancing emosi kaum muslimin, Pasukan Salib memancangkan salib besar di atas Kubatu Shakhrakh. Shalahuddin dan beberapa pasukannya segera bergerak cepat ke sisi terdekat dengan Kubbatu Shakhrakh untuk menghentikan kelancangan Pasukan Salib. Kemudian kaum muslimin berhasil menjatuhkan dan membakar salib tersebut. Setelah itu, jundullah menghancurkan menara-menara dan benteng-benteng al-Quds.

Pasukan Salib mulai terpojok, merek tercerai-berai, dan mengajak berunding untuk menyerah. Namun Shalahuddin menjawab, “Aku tidak akan menyisakan seorang pun dari kaum Nasrani, sebagaimana mereka dahulu tidak menyisakan seorang pun dari umat Islam (ketika menaklukkan Jerusalem)”. Namun pimpinan Pasukan Salib, Balian bin Bazran, mengancam “Jika kaum muslimin tidak mau menjamin keamanan kami, maka kami akan bunuh semua tahanan dari kalangan umat Islam yang jumlahnya hampir mencapai 4000 orang, kami juga akan membunuh anak-anak dan istri-istri kami, menghancurkan bangunan-bangunan, membakar harta benda, menghancurkan Kubatu Shakhrakh, membakar apapun yang bisa kami bakar, dan setelah itu kami akan hadapi kalian sampai darah penghabisan! Satu orang dari kami akan membunuh satu orang dari kalian! Kebaikan apalagi yang bisa engkau harapkan!” Inilah ancaman yang diberikan Pasukan Salib kepada Shalahuddin dan pasukannya.

Shalahuddin pun mendengarkan dan menuruti kehendak Pasukan Salib dengan syarat setiap laki-laki dari mereka membayar 10 dinar, untuk perempuan 5 dinar, dan anak-anak 2 dinar. Pasukan Salib pergi meninggalkan Jerusalem dengan tertunduk dan hina. Kaum muslimin berhasil membebaskan kota suci ini untuk kedua kalinya.

Shalahuddin memasuki Jerusalem pada hari Jumat 27 Rajab 583 H / 2 Oktober 1187, kota tersebut kembali ke pangkuan umat Islam setelah selama 88 tahun dikuasai oleh orang-orang Nasrani. Kemudian ia mengeluarkan salib-salib yang terdapat di Masjid al-Aqsha, membersihkannya dari segala najis dan kotoran, dan mengembalikan kehormatan masjid tersebut.

Sebagaimana manusia sebelumnya, baik dari kalangan nabi, rasul, ulama, panglima perang dan yang lainnya, Shalahuddin pun wafat meninggalkan dunia yang fana ini. Ia wafat pada usia 55 tahun, pada 16 Shafar 589 H bertepatan dengan 21 Febuari 1193 di Kota Damaskus. Ia meninggal karena mengalami sakit demam selama 12 hari. Orang-orang ramai menyalati jenazahnya, anak-anaknya Ali, Utsman, dan Ghazi turut hadir menghantarkan sang ayah ke peristirahatannya. Semoga Allah meridhai, merahmati, dan  membalas jasa-jasa engkau wahai pahlawan Islam, sang pembebas Jerusalem.

Sumber:

Shalahuddin al-Ayyubi Bathalu al-Hathin oleh Abdullah Nashir Unwan
Shalahuddin al-Ayyubi oleh Basim al-Usaili
Shalahuddin al-Ayyubi oleh Abu al-Hasan an-Nadawi
Islamstroy.com

Ditulis oleh Nurfitri Hadi
Artikel www.KisahMuslim.com

Rabu, 26 April 2017

Kisah Kelam Keluarga : Arwah Tante Ria

Kakek ku pernah menegur ibuku karena cerita ini.
Ya..! Cerita ini berasal dari ibuku saat masih berusia 4 tahun.
Dan walaupun sudah lebih dari 40 tahun berlalu tapi masih membekas di memory ibu walaupun telah samar.

Salah satu rumah di Sebuah kampung yang jauh dari kota di provinsi sulawesi tenggara pada pertengahan tahun 1967 tengah mengadakan kenduri pernikahan, ya.. Tepatnya dirumah orang tua ibuku (kakek ku) dan yang melangsungkan pernikahan adalah adik dari ayah ibuku (lebih tepatnya yang menikah adalah tante ibuku) yang pling bungsu, sebut saja tante Ria.

Setelah sebulan menikah tente Ria dan suaminya memutuskan untuk pindah, mereka memilih untuk tinggal di kebun.



Sekedar gambaran: kebun yang maksud adalah sbuah ladang bercocok tanam yang letakx di hutan skitar kaki pegunungan yang jarakx puluhan kilometer dari kampung, di kebun ini mereka menanam apa saja dan hasilnya dijual di kota dengan menggunakan jasa angkutan tenaga kuda (maklum jaman dulu) hehehe... Ya begitulah penghidupan mereka.

Konon Di kebun tmpat mereka tinggal cukup angker, ada sbuah pohon beringin apa bila di malam hari tampak dari kejauhan di pohon itu seperti mengantung puluhan balon, di pohon itu terlihat sangat terang tapi apa bila diperiksa keesokan harinya tidak ditemukan apa2, namun trdengar suara samar dari atas pohon beringin yang apa bila di perhatikan cuma nampak daun2nya yang rimbun.

Pernah suatu malam tente Ria trjaga krn mndegar suara seperti babi, dia menyangka mungkin babi tengah makan tanaman jagung dan ubinya, dan dia keluar untuk mengusirnya, tapi alangkah terkejutnya yang didapati bukan babi tapi sbuah mahluk menyerupai serigala dengan mata merah menyala.

Hari pun berganti minggu berganti bulan, tante Ria pun hamil, takala usia kandungan tante Ria memasuki 7 bulan tente Ria sakit parah dan akhir suaminya memutuskan untuk membawanya balik menetap sementara di kampung agar tante bisa berobat.

Tapi untung tak dapat diraih malang tak dapat di tolak akhirnya tante Ria pun meninggal dengan usia kandungan 7 bulan, pnyakitnya pun tak bisa diobati di karenakan penyakit dari mahluk2 hutan.

Ada yang aneh saat tante Ria akan dimandikan tiba2 saja kukunya memanjang skitar skitar 1,5 centi, dan membuat gempar seluruh penghuni rumah termasuk ibuku yang masih berumur 4 tahun sangat ketakutan. Prosesi pemakaman pun dilaksanakan dengan cepat, tente Ria di makam kan di kebun blakang rumah orang tua ibuku (kakek ku) skitar 250 meter dari rumah, (sampai saat ini makamnya masih ada.

Ada yang aneh pada jasad tante Ria yaitu orng2 menusukan beberapa jarum di kakinya entah apa maksudnya, ibuku pun belum mengerti.
Dan disinilah awal keseraman mulai terjadi.

1. Malam pertama.

Malam harinya keluarga dan tetangga datang untuk membaca ayat2 suci Al Quran, kesedihan masih terlihat di raut wajah suami tante Ria dan kakek ku. Pada pukul 10 malam tetangga pun dan keluarga pulang kerumah masing2. Dan yang tersisa dirumah cuma kekek dan nenek ku, suami tante Ria, dan ibuku yang masih berumur 4 tahun beserta saudara2nya.

Kata ibuku ketika menceritakan kisah ini pada ku, menjelang tengah malam terdengar suara tangisan meraung2 histeris dari arah makam tante Ria di belakang rumah, tangisannya menyayat skali. Sekali terdengar suara tawa pula.

Seluruh rumah ketakutan cuman bisa pasrah dan brdoa.., tangisan tante Ria trxata membahana sampai kerumah2 tetangga lainnya.

Terdengar suara tangisan pilu dan disertai suara seperti orang menarik daun kelapa di sepanjang jalan di kampung. Kontan keesokan harinya menjadi gosip hangat dikampung, membuat masyarakat di desa takut keluar rmh bila malam.

2. Malam kedua.

Malam kedua tante Ria dimakam kan tinggal beberapa orang saja yang datang melanjutkan pengajian dirumah kakek, itu pun pukul 9 mreka sudah pamit pulang.

Konon kata ibuku malamnya dinding rumah kakek ku yang trbuat dari papan trdengar suara seperti org mencakar cakar dari luar rumah.

Menjelang Lewat tengah malam suami tante Ria hendak kencing, maka diraihnya lampu tempel (maklum belum ada listrik masuk desa pada waktu itu) dan berjalan menuju dapur, sementara asyik kencing tiba2 suami tante Ria merasakan bulu kuduknya berdiri.. Dan tiba2 saja dia mendengar suara cekikikan, benar saja disudut dapur skitar 5 meter tmpat dia kencing terlihat tante Ria berdiri dengan bola mata brwarna putih dan skitar matanya hitam, dan rambut terurai sampai di punggungnya.

Betapa terkejutnya suami tante Ria, mereka pun saling beradu pandang, dan yang paling mengerikan dan menjijikan terlihat arwah tante Ria mengendong sbuah orok bayi yang masih merah. Suami tante Ria tidak dapat brgerak, mulutnya kaku, bulu kuduknya seakan mau terbang, rasa cintanya pada almarhumah berubah menjadi ketakutan yang luar biasa.

Dalam keadaan itu terdengar cekikan tante Ria dan berkata pada mantan suaminya dalam bahasa daerah kami

"KESINI.. KESINI.. KAMU TIDAK RINDU KAH PADA SAYA BESERTA ANAK MU INI..? KESINI GENDONG ANAK MU".

Dan diakhiri dengan suara tangisan.
(Entah kenapa seisi rumah tidak ada yang mendengar).
dan dalam keadaan yang ketakutan suami tante Ria tiba2 melempar lampu tempel kearah tante Ria (untung tidak trjadi kebakaran) dan berlari menuju kekamar kakek ku dan berteriak minta Tolong.

Dan sekeluarga pun terjaga semua, dan berbondong2 menuju kearah dapur namun arwah tante Ria sudah tidak, ada yang trsisa cuma lampu beserta minyak tanah yang berserakan.

Nggak kebayang ketakutan yang seperti apa yang dialami, apa lagi posisi rumah2 tetangga sangat brjauhan (kurang lebih 50 meter) dari rmah kakek.

Akhirnya malam itu diputuskan semua brkumpul untuk tidur dalam 1 kamar, sesak dan berdesak2kan terkalahkan oleh rasa takut yang luar biasa.

Apakah arwah tante Ria brhenti meneror malam itu..??
Tidak..!!

Sejam kemudian stelah smua di kumpulkan tidur dalam 1 kamar tiba2 trdengar dari kamar tamu (tempat suami tante Ria tidur dalamnya), trdngar suara sperti orang lagi menina bobo kan anak kecil dalam bahasa daerah kami, sudah bisa ditebak suara siapa itu.

Yang bikin suami tante Ria makin ketakutan takala dari dalam kamar tamu trdengar suara tante Ria berkata (dalam bahasa daerah)

"ARMAN.. ARMAN.. ARMAN.. ANAK MU DIA CARI KAMU, COBA KAMU KEMARI.., COBA KAMU LIHAT BETAPA MANISnya.." diakhiri tawa.
(arman nama suami tante Ria).

Dalam ketakutan tiba2 kakek berteriak dari dalam kamar

"Ria.. SEBAIKnya KAMU PERGI, DISINI BUKAN TEMPAT MU LAGI, KAMI SEMUA SUDAH BEDA ALAM DENGAN KAMU"

dan suara tante Ria pun tak terdengar lagi.

Keesokan harinya sudah bisa dibayangkan betapa hebohnya dikampung.
Bermacam2 gosip beredar, mulai dari masalah mati yang tak wajar yakni dalam keadaan hamil, lalu gosip masalah tata cara penguburan yang kurang di doakan, dan hingga masaalah tentang tante yang semasa hidupnya jarang sholat ditambah sekeluarga kakek yang kurang berpegang pada agama pada waktu itu.
Macam2 lah...!!

Akhirnya ibuku yang pada waktu itu msih kecil dan beserta saudara2nya diungsikan ke rumah saudara nenek ku di kampung sblah untuk smentara waktu guna mencegah hal2 yang tak di inginkan.

Tapi tidak dengan kakek, nenek dan suami tante Ria, mereka tetap dirumah.
Orang pintar pun di panggil untuk memagari rumah kakek ku. (maklum jaman dulu apa2 pasti andalin dukun).

3. Malam ketiga.

Malam ketiganya dirumah kakek masih diadakan pengajian, tapi sudah bisa ditebak para tetangga mereka tidak akan berlama lama.

Kali ini yang trsisa dirumah kakek dan nenek ku, suami tante Ria, dan 2 org lagi saudara dari nenek ku (om ibuku) dtang menemani.

Kbtulan rmh kakek trdiri 3 kamar tidur yakni kamar tidur utama tmpat kekek dan nenek ku tdur, lalu kamar tidur ibuku bserta saudara2nya yang kini di tempati untuk tidur suami tante Ria beserta 2 om ibuku yang datang menemani, dan kamar tamu yang kini lagi kosong.

Kata ibuku yang menceritakan kisah ini padaku mengatakan, Malam itu hujan agak rintik bulan agak tertutup awan.

Seisi rumah pun mencoba untuk memejamkan mata dan entah beberapa saat mereka smua tidur.
Tiba2...!

"TRANNGGGG..."

Suara yang brasal dari kamar tamu membangunkan seisi rumah, semua berlari ke kamar tamu dan mendapati kaca lemari pakaian pecah, yang lbih mengejutkan lagi kasur dan sperei sudah koyak seperti di cakar sesuatu, kapuk berserakan.

Kali ini nenek ku benar ketakutan dan meminta diantar kerumah saudaranya malam itu juga.
Tapi kakek ku menenangkan nenek dan mengatakan nanti besok pagi saja. belum reda rasa takut mereka, tiba2 saja suara gaduh terdengar dari arah dapur, kekek pun berlari ke kamarnya dan mengambil sesuatu di bawah kolong tmpat tidurnya,
Ya.. Sebuah parang yang cukup tajam, lalu kakek melangkah ke dapur dengan pelan2, astagaaa...

Piring2 dan gelas berhamburan di lantai dapur diantaranya sudah pecah, belum hbis rasa penasaran kakek tiba2..

"HERMANNNN...."

Terdengar suara teriakan nenek didalam kamarnya, kali ini kakek, suami almarhum tante Ria, beserta 2 org adik nenek berlari menyerbu kamar di dapatinya nenek ketakutan lemas, dengan terbata2 nenek brkata sembari menunjuk di arah sudut kamar

"Ria.. Ria.. Ria... DENGAN ANAKnya (maksudnya dengan bayinya)"

Ternyata waktu kegaduhan di dapur nenek memilih lari kekamar untuk sembunyi, niat untuk menghindar tapi justru ketemu dengan arwah tante Ria mengendongnya bayinya di dalam kamar, dan arwah itu pun sudah hilang dengan meninggalkan aroma kapur barus.

Akhirnya malam itu mereka berkumpul di ruang tengah guna menunggu subuh, rasa kantuk pun spertinya lenyap.

Tapi belum lama mreka hendak menenangkan diri tiba2 dari arah belakang rumah terdengar suara anjing mengeluarkan suara tertentu, dan rupanya kakek sangat paham akan suara anjing seperti.

Dengan berbekal parang tajam yang masih melekat di tangannya tiba2 kakek berlari kearah dapur dan membuka pintu dapur.
Benar saja.. Kakek menyerbu dimana dia mendengar suara anjing tadi, dan.. Kakek pun berteriak

"SETAN DURHAKA..!!!"

sambil mengayunkan parang ke arah rumpun pisang, tak ayal sbuah anak pohon pisang putus trkena sabetan parang, dan belum cukup beberapa detik tiba2 anjing yang berada di dekat kakek menyalak lagi, kali ini menghadap kearah rimbunan kopi skitar 15 meter dari tmpat kakek berdiri.

Di remang2 rimbunan kopi terlihat lagi arwah tante Ria berdiri, dengan sigap kakek berlari mendekati rimbunan trsebut dan mengibaskan parangnya ke arah arwah adiknya itu tapi lagi2 yang cuma ranting2 dan daun2 kopi yang berguguran, dan arwah tante Ria tlah hilang lagi.
(sy yang mendegar cerita ini dari ibu smpat berpikir apa iya parang bisa melukai mahluk halus..? Koplak..!).

Akhirnya kakek tidak melihat lagi menampakan tante Ria, dan memutuskan kembali kedalam rumah dan berkumpul diruang tengah brsama dengan yang lainnya.
Tidak ada suara, cuma hening...! Kakek, nenek, suami almarhun, dan kedua saudara nenek cuma bisa diam.

Dan kakek sempat melirik jam dinding menunjukan pukul 3 subuh.., sampai akhirnya....
"Tolonggg... Tolonggg.. Huuu.. Huu... Huuu..."
samar2 suara itu trdengar.. Tapi mereka belum tahu dari mana suara itu.

Mereka pun memasang pendengaran baik2, dan akhirx mereka pun dapat mengenali suara tersebut, dan suara trsebut berasal dari arah tetangga (skitar 50 m dari rmh kakek).

Akhirnya mereka memutuskan keluar rumah dan menuju ke rumah tetangga.
Ya tepat skali suara tangisan itu berasal dari rumah sebut saja pak Siwo, dan suara tangisan itu suara istrinya.

Beberapa tetangga lain pun juga berdatangan, dan mereka semua menghambur masuk kedalam rumah pak Siwo, dan astagfirullah..! mereka melihat pemandangan yang cukup mengerikan.

Pak Siwo lagi terkapar tak bernyawa di dapur dan diratapi oleh istrinya, dengan luka robek di punggungnya yang menghitam seperti bekas cakaran, cukup dalam dan mengeluarkan bnyak darah.
Seperti yang diungkapkan oleh istri pak Siwo, bahwa malam itu pak Siwo memang sdang sakit perut (maaf menceret), menjelang subuh pak Siwo bangun hendak buang air besar di (maaf) kakus belakang rumahnya. (jaman dulu di kampung msih belum ada yang punya WC, yang ada cuma kakus aja).

Tak lama Tiba2 istri pak Siwo mendengar suara cekikikan disusul suara erangan kesakitan pak Siwo dari arah dapur, istrinya pun keluar dari kamarnya dan berlari ke dapur, Dan pendapati pak Siwo tengah mengerang kesakitan sambil memegang punggungnya yang menyemburkan darah.

Bahkan istri pak Siwo msih sempat melihat arwah tante Ria keluar dari dapur dengan melayang tembus melalui dinding dapur disertai suara cekikikan, akhirnya dalam waktu sekejab pak Siwo menghembus kan nafas terakhirnya. TRAGISS..!

Sudah bisa di tebak, cacian dan makian warga dilontarkan kepada keluarga kekek ku, bahkan sampai tuntutan pun dilayangkan.

Akhirnya subuh itu juga kakek beserta beberapa warga kampung dengan berbekal obor mendatangi kuburan tante Ria yang berjarak 250 meter di blakang rumah kakek.

Mereka mencabut nisan tante Ria dan memasangnya terbalik, kmudian warga mengumpulkan ranting dan daun2 kering lalu membakar kuburannya. Konon katanya dalam kuburan trdengar suara orang menangis.

Sejak hari itu tak ada lagi teror almarhum tante Ria, dan Seminggu kemudian suami almarhum tente Ria dan kakek ku berangkat ke ladang tempat dimana dalamnya tante Ria dan suaminya tinggal guna mengambil sisa pakaian tante Ria yang tersisa, namun alangkah terkejutnya karna mendapati pakaian2 tersebut sudah koyak koyak semua, dan sejak saat itu kakek ku skeluarga taat beribadah.
***
aku yang mendengar kisah 40 tahun yang lalu dari ibuku, langsung mengecek kebenaran cerita ini pada kakek, nenek dan saudara2 ibuku. dan betapa terkejutnya mereka semua, lantas menegur ibuku karena mengungkit masa lalu.

Mereka berpesan kepadaku agar tidak menceritakan hal ini kepadaa siapa pun karena ini merupakan KISAH KELAM KELUARGA KU.

Oleh : Ivan Sinaga

The Tag Script is Disallowed Except in Specific Forms

Sebuah tulisan peringatan "The Tag Script is Disallowed Except in Specific Forms"  yang muncul ketika anda mencoba untuk membuat Amp Template, tulisan seperti judul di atas sangatlah menjengkelkan, selain memang susah mencari letak kesalahan atau errornya, juga sebenernya apasih maksud dari tulisan itu.

Nah untuk anda yang menemukan kendala yang sama dengan judul diatas, berikut ini saya akan bagikan trik untuk mengatasi masalah tersebut, lihat screen shot;


Adapun langkahnya adalah sebagai berikut,

  1. Gunakan tag kondisi pada setiap script amp yang anda gunakan, jika script tersebut hanya diperlukan di home page, batasi dengan tag kondisi home page saja, begitupun sebaliknya. 
  2. Periksa semua kode script pada halaman html template anda, jika masih ada silahkan dihapus, karena element atau kode script dilarang pada html Amp template, kecuali script yang memang sudah dirancang untuk Amp saja.
  3. Biasanya jika anda menggunakan cloudflare, maka sebaiknya jika blog anda akan menggunakan Amp template, aktifkan fitur Rule: always used HTTPS. 
  4. Jika sudah dirasa puas dan anda merasa yang bahwa tidak ada satupun script yang dilarang tertinggal atau masih ada di halaman html template anda, silahkan abaikan error tersebut, karena memang kadang-kadang ada error pada Amp validatornya hahahahaha....
Ok dah segitu aja ya, salam antoncabon.